Selasa, 27 Januari 2015

[cerita terjemahan] Abandoned by Disney




Abandoned by Disney
Written by SlimeBeast@creepypasta
Originally Translated by RainiLa






Sebagian dari kalian mungkin telah mendengar bahwa Disney Corp. bertanggung jawab atas—setidaknya—Kota Hantu “Hidup” yang nyata.
Disney membangun resort “Pulau Harta Karun” di Baker’s Bay di Bahama. MULANYA ini bukan kota hantu!
Kapal pesiar Disney akan berhenti di resort tersebut dan meninggalkan para turis disana untuk bersantai dalam kemewahan.
Ini NYATA. Coba lihat.
Disney mengeluarkan uang $30,000,000 untuk pembangunan tempat itu... ya, tiga puluh juta USD.
Lalu mereka meninggalkan tempat itu begitu saja.
Disney menyalahkan dangkalnya perairan (terlalu dangkal sehingga kapal mereka tak dapat beroperasi dengan baik) dan bahkan menyalahkan para pekerja, beralasan bahwa karena mereka berasal dari Bahama, makanya mereka terlalu malas untuk menjalankan jadwal dengan seharusnya.
Begitulah bagaimana mereka beralibi. Hal tersebut terjadi bukan karena pasir, dan tentu saja bukan karena “turis yang malas”. Keduanya bukan alasan yang masuk akal.
Tidak, sejujurnya aku ragu kalau alasan seperti itu memang benar adanya. Kenapa aku tidak membeli cerita yang resmi saja?
Itu karena Mowgli’s Palace atau Istana Mowgli.
Tepat didekat kota tepi pantai Emerald isle di Carolina Utara, Disney mulai membangun “Mowgli’s Palace” di akhir 1990-an. Konsepnya resort bertemakan hutan dengan ISTANA yang besar di pusatnya.
Kalau kau tak terlalu familiar dengan tokoh Mowgli, coba ingat-ingat kartun “The Jungle Book”. Kalau kau sama sekali belum melihatnya, kuberi tau itu adalah kartun Disney puluhan tahun yang lalu.
Mowgli adalah anak yang terlantar, di dalam hutan, yang kemudian dirawat oleh binatang dan secara bersamaan juga dikejar-kejar oleh binatang yang lain.
Sejak awal Mowgli’s Palace menimbulkan kontroversi. Disney membeli tanah yang amat mahal untuk project tersebut, dan nyatanya terdapat skandal seputar proses pembeliannya. Pemerintah lokal menyatakan “pengambil alih-an” atas rumah-rumah penduduk, lalu menjual tanahnya pada Disney. Hingga suatu hari satu rumah yang baru saja dibangun tiba-tiba dikutuk tanpa alasan yang jelas.
Tanah itu mulanya diambil alih guna pembangunan jalan tol fiksi. Mengerti situasinya yang sebenarnya, kemudian para penduduk mulai menyebutnya “Jalan Tol Mickey Mouse.”
Lalu terdapat konsep seni. Sekumpulan para orang sombong dari Disney Corp. mengadakan pertemuan. Mereka bermaksud menjual para penduduk dan bagaimana menguntungkannya project ini bagi mereka. Saat Mereka menunjukkan konsep seninya, Istana India Raksasa ini...dikelilingi oleh HUTAN... dengan para pekerja laki-laki dan perempuan dengan kain di pinggang dan perhiasan adat... well, bisa dikatakan semua orang dipekerjakan.
Kita bukan membahas mengenai Istana India yang besar, hutan, dan kain pinggang di sebuah kawasan tertentu, tapi sesuatu seperti “xenophobic” area atau area “orang-orang yang benci dengan turis” di USA selatan. Hal itu merupakan sejarah yang sangat di pertanyakan.
Di kerumunan, seseorang mencoba menyerang panggung, tapi kemudian ia ditundukkan oleh para penjaga segera setelah dia merusak salah satu papan presentasi dengan kakinya.
Bagaimanapun juga, untuk Pulau Harta Karun, Bahama, Disney menghabiskan jutaan dollars dan gagal. Hal yang sama terjadi pada Mowgli’s Palace.
Pembangunan telah selesai. Para pengunjung tinggal di resort. Para penduduk membanjiri lampu merah dan menimbulkan gangguan-gangguan biasa yang menyebabkan berkurangnya kunjungan dan marahnya para turis.
Lalu semua itu dihentikan.
Disney menutup resortnya dan tak seorangpun tau penyebabnya. Tapi mereka senang mendengarnya. Kekalahan Disney sangat menggembirakan bagi sekelompok orang yang tak setuju dengan pembangunan project itu sejak awal.
Sejujurnya aku tak mau berpikir macam-macam atas penutupannya puluhan tahun yang lalu. Aku tinggal kira-kira 4 jam-an dari Emerald Isle, jadi aku hanya mendengar desas-desus tanpa pernah mengalaminya sendiri.
Lalu aku membaca sebuah artikel dari seseorang yang telah menjelajah resort Pulau Harta Karun dan memposting seluruh hal gila yang dia temukan disana. semuanya...terlantar. Benda-benda hancur, remuk, barangkali dirusak oleh pegawai yang kecewa karena kehilangan pekerjaan.
Mungkin juga, penduduk lokal juga ikut andil dalam perusakan tempat tersebut. Penduduk disana hanya geram dengan Pulau Harta Karun seperti yang orang-orang rasakan terhadap Mowgli’s Palace.
Ditambah lagi terdapat rumor bahwa Disney melepaskan “isi” aquarium mereka di perairan lokal saat resort ditutup, termasuk ikan hiu.
Siapa yang tak mau mengambil keuntungan setelah kejadian tersebut?
Well, isi dari blog mengenai Pulau Harta Karun membuatku berpikir. Walaupun bertahun-tahun telah lewat sejak penutupannya, aku merasa akan jadi sangat seru jika melakukan “Penjelajahan Urban” di Mowgli’s Palace. Mengambil beberapa foto, menulis tentang pengalamanku, dan mungkin melihat-lihat jika ada sesuatu yang bisa kubawa pulang sebagai cinderamata.
Aku tak bilang butuh waktu instan untuk sampai disana, karena butuh waktu setahun setelah aku menemukan artikel soal Pulau Harta Karun dan pergi ke Emerald Isle.
Selama tahun-tahun itu, aku melakukan banyak penelitian di resort Palace... atau setidaknya, aku mencoba melakukannya.
Normalnya, tak ada situs atau sumber resmi dari Disney pernah menyebut tempat itu. semuanya di tutup dengan sangat rapi.
Yang lebih anehnya lagi, tak ada seorangpun sebelum aku yang berpikir untuk membuat blog tentang tempat itu atau bahkan memposting fotonya. Tak ada TV lokal atau koran-koran lokal yang membicarakan soal tempat itu, walau bisa di perkirakan bahwa mereka adalah kaki tangan Disney. Mereka tak akan berkoar-koar soal hal memalukan, kan?
Akhir-akhir ini, aku tau bahwa sebuah perusahaan bisa meminta Google—contohnya—untuk menghapus tautan di hasil pencarian...biasanya untuk hal yang tak baik. Kembali ke belakang, nampaknya bukan karena tak ada orang yang membicarakan resort tersebut, tapi lebih kepada mereka dibuat diam.
Jadi, aku pasti bisa menemukan tempat itu. yang harus kulakukan adalah mencari peta usang yang aku terima dari surat tahun 90-an. Itu adalah sebuah benda promosi yang dikirimkan ke orang-orang yang baru saja mengunjungi Disney World, dan kukira aku pernah ke sana di akhir tahun 80-an, yah...itu “baru saja terjadi”.
Aku tak pernah benar-benar ingin kesana. Hanya terdorong oleh buku-buku dan komik yang ku baca saat kecil.
Aku hanya ingat bulan dimana aku melakukan peneilitian dan aku menghabiskan beberapa minggu bagiku untuk menebak-nebak dimana kotak barang-barang bekas berada—dimana orang tuaku membuang semuanya disitu.
Tapi aku menemukannya. Penduduk lokal tak membantu, karena kebanyakan hanya pendatang yang baru pindah beberapa tahun terakhir...atau penduduk lama yang mengejekku dengan gelagat aneh saat aku bertanya “Dimana aku bisa menemukan Mowgli’s—”
Aku berkendara melewati jalanan panjang sekali. Tumbuhan tropis tumbuh liar dan rimbun di arean bercampur dengan  tumbukan endemik  yang MENGUASAI area itu dan menegaskan tanah itu miliknya.
Aku terkagum-kagum saat aku mencapai gerbang depan resort. Gerbang kayu luar biasa yang ada di kedua sisi nampaknya berasal dari pohon sequoias raksasa. Gerbang itu sendiri telah dilubangi di beberapa tempat oleh burung pelatuk dan dimakan oleh rayap.
Tergantung diatas gerabng, sebuah potongan papan logam, terdapat sebuah tulisan tangan—tulisan cakar ayam berwarna hitam. “DITINGGALKAN OLEH DISNEY”. Jelas sekali tulisan dari penduduk lokal atau pekerja yang ingin membuat protes kecil-kecilan.
Gerbangnya sediti terbuka, cukup untuk dilewati pejalan kaki, tapi tidak muat untuk mobil. Jadi ku ambil kamera digital dan peta, yang di tekukannya menampakkan gambaran resort, lalu aku berjalan kaki.

Permukaan tanah disitu penuh dengan tumbuhan. Pohon palem tumbuh melengkung dan tak beraturan diantara pepohonan kelapa. Pepohonan pisang tumbuh busuk, hingga serangga enggan kesana. Tempat ini seperti gabungan dari kesunyian da kekacauan, tumbuhan merambat—bunga abadi—bercampur dengan jamur tinggi yang menjijikkan, nampak membusuk dan menghitam.
Yang tersisa dari struktur di luar ruangan hanya kayu yang membusuk dan reruntuhan bangunan yang hangus. Apa yang terlihat seperti meja informasi atau bar luar ruangan hanya tersisa sebagai tumpukan puing-puing korban pengrusakan dan dihancurkan oleh cuaca.
Hal yang yang menarik adalah adanya patung Baloo, beruang ramah dari Jungle Book, yang berdiri beberapa jengkal dari bangunan utama. Dia membeku dengan pose yang riang gembira, menatap ruang kosong dengan bodohnya, seringaian memuakkan memenuhi bulu di wajahnaya dan tumbuhan merambat melingkar di tubuhnya.
Aku segera menuju bangunan utama—ISTANA—dan menemukan bagian luar bangunan yang tertutup graffti dimana bentuk aslinya belum terkelupas sama sekali. Pintu depannya bukan lagi terbuka, mereka diambil dari engselnya, dan telah dicuri.
Diatas pintu depan—atau jika boleh disebut dengan rongga lebar di dinding—sekali lagi seseorang telah menulis “DITINGGALKAN OLEH DISNEY”.
Ku  harap aku bisa menceritakan semua hal menakjubkan di sisi dalam Istana soal patung-patung yang terlantar, mesin pencatat uang tunai yang ditinggalkan, sebuah masyarakat rahasia yang tak punya rumah...tapi tidak. Bagian dalam bangunan sungguh sangat dingin, kosong, sampai aku berpikir kalau orang-orang telah mencuri benda-benda di dinding. Semua yang terlalu besar untuk di curi...meja, kursi, pohon tiruan raksasa... mereka semua menhilang, menciptakan gema yang memantul saat aku melangkah seperti suara pelatuk pistol.
Aku memeriksa denah dan beranjak ke tempat-tempat yang sekiranya menarik.
Dapurnya seperti yang kau bayangkan...area pernyiapan makanan dengan semua alat-alatnya dan tempatnya, tak ada yang tersisa. Tiap permukaan kacanya pecah, tiap pintu rusak di engselnya, tiap permukaan logam melesak dan penyok. Keseluruhannya nampak seperti tempat yang tua.
Pendingin yang besar, tak lagi dingin sekarang, berdiri di ruang antara rak yang kosong. Pengait menggantung di langit-langit, mungkin untuk menggantung daging, dan saat aku berdiri disana beberapa saat, aku sadar mereka berayun.
Tiap pengait berayun dengan arah yang acak, namun gerakan mereka teramat pelan dan nyaris tak bisa terdeteksi. Mungkin itu disebabkan oleh langkah kakiku, lalu aku raih salah satu pengait agar tak lagi berayun dengan tanganku, kemudian aku pergi dengan hati-hati, tapi beberapa detik kemudian pengait itu kembali berayun.
Keadaan kamar mandi sama seperti yang lain. Seperti resot Pulau Harta Karun, seseorang telah dengan sengaja merusak lemari porselen dengan batang pohon kelapa atau perkakas lainnya. Terdapat setengah inchi genangan air anyir dan bau di atas lantai, jadi aku tak terlalu lama berada disana.
Hal yang aneh adalah toiletnya dan bak cuci tangannya (dan baskom untuk membersihkan area intim di kamar mandi wanita, aku ingin kesana) semuanya bocor atau mungkin bocor begitu saja. Menurutku harusnya mereka mematikan keran airnya dulu, DULU sekali.
Terdapat banyak kamar di resort itu, namun aku tak punya waktu untuk memeriksa semuanya. Saat aku memeriksa salah satunya, aku hanya menemukan ruangan yang hancur dan nampaknya aku tak berharap bisa menemukan apapun disana. Kupikir ada televisi atau radio di salah satu kamar, karena sayup-sayup aku mendengar percakapan dari sana.
Walaupun terdengar seperti bisikan, mungkin itu hanya nafasku yang bergema di tengah kesunyian, atau suara air yang memainkan pikiranku, suaranya terdengar seperti ini...
1: “aku tak percaya.”
2: (pendek, seseorang menjawabnya)
1: “Aku tak tau itu. aku tak tau itu.”
2: “Ayahmu memberitahumu.”
1: (seseorang menjawab, atau mungkin hanya mendesah)
Ya, ya aku tau, itu terdengar aneh. Aku hanya memberitau apa yang aku alami, kenapa aku berpikir bahwa disana ada sesuatu yang berlarian di ruangan itu—atau bahkan lebih buruk lagi, seorang gelandangan telah tinggal disana dan mungkin saja bisa menikamku sewaktu-waktu.
Di pintu depan istana lagi, aku sadar aku belum menemukan satu catatanpun dan telah membuang-buang waktu.
Saat aku melongok melewati pintu, aku menyadari ada hal menarik di halaman yang tadi aku lewatkan. Sesuatu yang setidaknya memberiku SATU hal setelah melewati kesusahan ini, bahkan kalau hanya sebuah foto.
Terdapat patung piton yang nyaris seperti aslinya, mungkin panjangnya 80 kaki, menggulung dan “berjemur” di tengah-tengah halaman. Saat itu matahari hampir tenggelam, jadi cahaya matahari jatuh dengan SEMPURNA di atas objek.
Aku mendekati piton dan mengambil foto. Lalu aku berjongkok dan mengambil foto lain. Aku bergerak lebih dekat untuk mendapatkan detail wajahnya.
Perlahan, dengan santainya, piton itu mengangkat kepalanya, melihat tepat ke mataku, lalu menoleh, merayap diatas tanah, melewati reruputan, menuju ke pepohonan.
Semua bagian tubuhnya. Kepala besarnya telah hilang ke dalam pepohonan sebelum ekornya meninggalkan titik berjemurnya tadi.
Disney telah melepas semua hewan eksotis-nya ke tanah. Di denahku tempat itu tertulis “Rumah Reptil”, seharusnya aku tau. Aku telah membaca soal ikan hiu di Pulau Harta Karun, dan harusnya aku TAHU Disney akan melakukan hal itu juga.
Aku nampak konyol, dibodohi seperit ini. Mulutku pasti menganga lebar selama beberapa lama sebelum aku kemabli sadar dan menutup mulutku kembali. Aku mengerjap selama beberapa detik dan menjauh dari tempatku semula, menuju ke dalam Istana.
Walaupun ular itu telah benar-benar pergi, namun aku tak akan mengambil resiko dan segera kembali ke bangunan itu.
Butuh beberapa helaan nafas panjang dan beberapa tamparan di pipi untukku sadar lagi.
Aku mencari tempat untuk duduk, kakiku jadi selemas jelly saat ini. tentu saja, tak ada tempat untuk duduk kecuali aku ingin duduk diatas pecahan kaca dan karpet penuh dengan dedaunan yang layu atau menyandarkan tubuhku ke meja.
Aku melihat beberapa tangga di dekat lobi Istana dan memutuskan untuk duduk sejenak sampai aku merasa baikan.
Letak tangga tersebut cukup jauh dari pintu depan bangunan, sehingga cukup bersih dan aman dari kumpulan debu. Aku menarik papan logam di dinding, yang sekali lagi bertuliskan motto “DITINGGALKAN OLEH DISNEY”, aku telah terbiasa olehnya. Kutempatkan papan itu di lantai dan duduk di atasnya agar tetap bersih.
Tangga itu menuju ke bawah, ke bawah tanah. Menggunakan kamera flash sebagai ganti senter, aku bisa melihat kalau tangga itu berakhir di pintu logam dengan gembok. Tanda di pintu...sebuah tanda ASLI... bertuliskan “HANYA UNTUK MASKOT! TERIMA KASIH!”
Hal ini—entah bagaimana—menumbuhkan sedikit semangatku, untuk dua alasan. Yang pertama, area hanya—untuk—maskot pastilah menyimpan hal yang menarik saat itu... yang kedua, gembok itu masih berada di tempatnya. Tak seorangpun pernah kesana. Gelandangan pun tidak, pencuri juga tidak. Tidak siapapun.
Ini tempat yang benar-benar bisa ku “jelajah” dan mungkin saja aku kana menemukan sesuatu yang menarik untuk difoto atau aku curi. Aku pergi ke Istana dengan persetujuan dengan diriku sendiri bahwa tak apa-apa jika aku mengambil apapun yang aku ingin karena—mereka—“telah ditinggalkan”.
Tak butuh waktu lama untuk membuka gemboknya. Well, aku bohong. Tak butuh waktu lama untuk merusak pelat logam pada dinding dimana gembok itu terpasang. Waktu dan upaya sangat membantuku, sehingga aku bisa membengkokkan pelat logam, cukup untuk menarik sekrup dari dinding—sesuatu yang tak akan dipikirkan oleh orang lain, atau dapat dilakukan di saat-saat begini.
Area hanya—untuk—maskot sangat mengejutkan dan begitu hangat dibandingan bagian-bagian lain dari gedung yang telah aku lihat. Salah satunya, karena tiap dua atau tiga lampu pijar di langit-langit menyala, walaupun berkedip-kedip dan kadang-kadang padam. Dan juga, tak ada benda yang rusak atau di curi, walaupun usia memakan mereka.
Di atas meja terdapat buku catatan dan pulpen, ada jam...bahkan ada sebuah jam lengkap dengan kartu waktu. Kursi-kursi nampak berserakan disana, bahkan ada sebuah ruang istirahat kecil dengan TV kuno dengan layar statis dan makanan serta minuman busuk di meja.
Seperti melihat adegan film sebelum-kiamat dimana semuanya pergi ke tempat evakuasi.
Saat aku masuk ke gang ruang bawah tanah di area maskot, pemandangannya menjadi lebih dan lebih menarik lagi. saat aku berjalan lebih jauh, kursi dan meja berserakan, kertas-kertas juga berserakan bercampur dengan lantai yang basah, dan hamparan lumut perlahan menguasai karpet merah yang rusak.
Semuanya seakan-akan nampak “lembab”. Semua kayu langsung rapuh saat ku tekan bahkan dengan sedikit kekuatan, dan perlengkapan pakaian yang menggantung di pengait di salah satu ruangan seketika terjatuh di lantai yang basah saat aku mencoba mengambilnya.
Satu hal yang mengangguku adalah pencahayaan yang kian samar saat aku berjalan ke tempat yang lebih lembab dan suram diruang itu.
Seketika, aku sampai di pintu bergaris hitam dan kuning bertuliskan “PERSIAPAN KARAKTER 1”
Pintu itu awalnya tak mau membuka. Ku pikir ini mungkin saja tempat dimana kostum-kostum itu disimpan, dan mendadak aku ingin memotret kekacauan itu. aku mencoba, cara apapun aku lakukan, pintu itu tetap tak mau membuka.
Tepat saat aku menyerah, dan bersiap untuk menjauh. Tiba-tiba terdengar bunyi “pop” samar dan kemudian pintu itu terbuka perlahan.
Di dalam, ruangan itu sama sekali gelap. Hitam pekat. Ku gunakan kamera flash untuk mencari sakelar lampu di dinding dekat pintu, tapi tak ada.
Saat aku melakukan pencarian, aku bergetar kaget saat tiba-tiba terdengar bunyi dengungan yang keras. Barisan lampu mendadak menyala, berkedip-kedip, menyala-padam, seperti yang lainnya.
Butuh beberapa detik bagiku untuk menyesuaikan penglihatan, dan nampaknya cahayanya akan terus meningkat sampai semua bola lampunya meledak...namun saat kukira lampunya akn mencapai batas maksimal, kemudian cahayanya sedikit berkurang.
Ruangan itu tepat seperti yang aku bayangkan. Bermacam-macam kostum Disney menggantung di dinding, diletakkan bersama-sama seperti mayat kartun yang menggantung di simpul tak kasat mata.
Ada serak penuh ikat pinggang dan baju “asli” di gantungan baju yang menghadap ke belakang.
Hal yang ingin aku potret dan hal yang sangat janggal ada disana, kostum Mickey Mouse di tengah-tengah ruangan. Tak seperti kostum yang lain, dia tergeletak telentang di tengah-tengah lantai seperti korban pembunuhan. Bulu dari kostumnya sudah rusak dan rontok, menciptakan  ruang kosong.
Hal yang lebih janggal lagi adalah warna kostum tersebut. Kostum itu nampak seperti foto negatif dari Mickey Mouse yang asli. Berwarna hitam saat harusnya berwarna putih, dan putih saat harusnya hitam. Warna yang harusnya merah disana menjadi biru terang.
Pemandangan itu cukup mencolok, hingga aku memotretnya sampai puas.
Aku memotret kostum yang menganntung di dinding. Dari sudut atas, dari sudut bawah, dari sisi samping untuk menampakkan seluruh wajah kartun yang rusak dan busuk, beberapa ada yang plastik di matanya hilang.
Lalu aku melancarkan satu potretan. Satu kepala karakter terjatuh basah kuyup di lantai yang licin.
Ku pungut bagian kepala kostun Donald Bebek dan dengan hati-hati membersihkannya agar tak tercecer di tanganku juga.
Saat aku melihat wajah dengan mata lebar dan kepala yang rusak, sebuah suara bising tiba-tiba membuatku terkejut, dan ketakutan.
Aku menunduk ke arah kakiku, dan diantara sepatuku ada tengkorak manusia. Tengkorak itu jatuh  dari kepala maskot dan tercecer berantakan di kakiku; hanya tersisa wajah yang kosong dan rahang bawahnya yang menatapku.
Seketika ku jatuhkan kepala bebek itu, seperti yang kau duga, aku bergerak ke pintu. Saat aku berdiri di ambang pintu, ku tengok lagi tengkorak di atas lantai.
Aku harus memotretnya, kan? aku HARUS, demi alasan-alasan yang mungkin saja tolol, tapi kalau saja kau tak berpikir demikian.
Aku butuh bukti atas apa yang telah terjadi, khususnya kalau Disney ingin hal ini tertutup rapat-rapat. Aku sama sekali tak ragu, sejak awal—walau aku mengatakan hal yang sembrono—Disney BERTANGGUNG JAWAB atas ini semua.
Tiba-tiba Mickey yang tadi tergeletak di lantai, mulai bergerak.
Awalnya dia duduk, lalu mulai berdiri perlahan, Mickey Mouse konstum...atau siapapun yang ada di dalamnya, berdiri di tengah ruangan, wajahnya tepat menatap ke arahku sambil bergumam “Tidak....” berulang-ulang kali.
Dengan gelengan kepala, mendadak sekali lagi keberanian dan kakiku berubah jadi selembek jelly. Aku berencana mengangkat kamera dan mengarahkannya ke makhluk yang kini menatapku lekat-lekat.
Layar kamera digital hanya menampakkan dead pixel makhluk itu. menampakkan siluet Mickey Mouse. Saat kamera bergerak di tanganku yang bergetar, dead pixel menyebar, merusak gambar di layar kemanapun Mickey bergerak.
Lalu kameraku mati. Jadi blank, sunyi dan...rusak.
Ku arahkan pandangnku ke kostum Mickey Mouse sekali lagi.
“Hai...” Katanya dengan suara tenang, aneh namun seperti suara Mickey Mouse biasanya. “Mau lihat kepalaku lepas?”
Dia mulai menarik kepalanya, dengan gerakan kikuk, tangan berlapis sarung tangan itu melingkar di lehernya dengan gerakan mencakar dan serampangan serupa lelaki yang mencoba menarik tubuhnya dari rahang predator.
Saat ia mulai menarik kepalanya dari leher...nampak banyak darah...
Banyak sekali darah kental dan berwarna kuning...
Aku segera berbalik saat aku mendengar suara menyakitkan dari kain dan kulit yang robek... aku hanya peduli dengan keselamatnku. Diatas ambang pintu di ruangan itu, aku melihat pesan terakhir yang tertulis di papan logam dengan cakaran tulang atau jari tangan...
“DITINGGALKAN OLEH TUHAN”
Aku tak pernah mendapatkan gambarnya. Aku tak pernah menulis soal hal ini di blog. Setelah aku lari dai tempat itu, melarikan diri dari kegilaan ini, aku tau kenapa Disney tak ingin seorangpun tau soal tempat ini.
Mereka tak ingin siapapun yang sepertiku masuk.
Mereka juga tak ingin apapun seperti itu keluar.

Tidak ada komentar: