Wajah Dunia Musik Kita,
Dari Jaman Jadoel Sampai
Sekarang
Written by : Rain
Rain
balik lagi dengan unek-unek yang bikin butthurt. Soalnya jaman sekarang apapun
itu bisa jadi sangat butthurt buat sebagian orang. Apalagi dengan keadaan pasar
kita dibanjiri oleh suatu “entitas”—yang membuat kita jenuh dan jengah.
Sebelum
itu, mari deh sedikit bernostalgia dengan masa-masa kecil kita. Ada yang ingat
dengan Family 100? Tersanjung? Permen karet Yosan? Gamebot? Atau Anime tiap
minggu pagi sampai menjelang siang? Pasti, itu anak 90’an punya. Gak salah
kalau masa-masa itu masa yang paling asik buat di kenang saat umur kita sudah
menjelang tua seperti ini.
Tapi
bukan hal-hal di atas yang mau saya bahas disini. Melainkan kita akan membahas
soal potret musik Indonesia melalui kaca mata amatir saya.
“Makin
tua era suatu musik, makin edan pula kualitasnya.” Kita lihat bagaimana
musisi-musisi jaman dulu punya karya-karya yang bisa di bilang abadi. Tak jarang
generasi yang lahir setelahnya pun berbalik menyukai apa yang orang tua mereka
sukai. Saya kenal Koes plus, Gombloh, Ebiet G. Ade, Panbers, D’lloyd, atau Bimbo
pun berkat melihat koleksi CD Ayah saya.
Berlanjut
ke masa-masa SD, dimana saya familiar dengan beberapa Grup Band seperti SO7,
Dewa19, Base Jam, D.O.T, Wayang, dan lain-lain.
Menyenangkan bukan? Bhinneka Tunggal Ika benar-benar terasa disini.
1990-2000
Hampir
sebagian teman-teman yang saja ajak diskusi tentang potret permusikan Indonesia
bilang bahwa musik jaman 90’an itu asik banget. Bisa di bilang musik saat itu
benar-benar meng-akomodir segala bentuk “passion” dari penikmat musik—dengan selera
yang beragam tentunya. Mulai dari penyanyi cilik sampai Grup Band berbagai
Genre.
Seperti
yang saya kutip di salah satu blog disini ;
“Saya
merasa beruntung tumbuh pada era 80-90’an dimana saya menjadi salah satu saksi
betapa dulu musik Indonesia begitu variatif dengan eksistensi band-band atau
penyanyi-penyanyi solo yang memang benar-benar punya kwalitas dan tentu saja
popular”
Di
kubu penyayi cilik kita punya beberapa bintang berbakat, sepeti Meissy, Trio
Kwek-kwek, Joshua, Tasya, atau Sherina yang muncul pada era 90’an akhir dengan
suaranya yang merdu dan membawa angin segar bagi dunia musik kita.
Dari
kubu Solois atau Grup Vokal kita ada Nicky Astria—yang lagu barunya sempat
beberapa kali nongol di TV, Nike Ardilla, Trio libels, dan lain-lain.
Sementara
dari kubu Grup Band kita punya segudang musisi yang asik. Diantaranya Jamrud,
Boomerang, Java Jive, Dewa 19, Kahitna, Naif, D.O.T, Base Jam, Pas Band dan
lain-lain.
Ada
di antara mereka—khususnya yang muncul di akhir era 90’an dan booming di
awal-awal tahun 2000-an. Sebagian ada yang tenggelam, sebagian ada yang masih
bertahan walaupun kadang mendapat sambutan kurang meriah dari penikmat musik
Indonesia.
2000-2010
Di
Era Millenium ini band-band serta para penyanyi-penyanyi baru bermunculan. Agaknya
Genre Pop benar-benar mendominasi saat ini. Seperti halnya So7, Dewa 19 dan
PADI yang menjadi primadona pada awal-awal 2000-an. Kita mungkin agak merasakan
pergeseran sedikit-demi-sedikit. Dimana Genre yang dulunya eksis, sekarang
perlahan-lahan mulai tenggelam—perlu di catat, mereka tidak hilang. Mungkin sebagian
yang lain juga memilih Vakum—atau para idealis musik memilih berjalan indie
ketimbang harus menggadaikan passion mereka pada pihak label.
Kecenderungan
pasar yang berubah, di barengi dengan munculnya band-band dan penyanyi baru,
seperti Peterpan, Ungu, Radja, Letto, dan lain sebagianya. Musisi hebat kita belum mati, mereka lahir di generasi baru kita. Setidaknya
itulah pikiran kita pada era ini. Banyak yang bisa di banggakan, namun
perlahan-lahan arus ‘kecondongan’ dan ‘monoton’ mulai membuat kita was-was.
Lalu
ada tren baru dalam bermusik, dan Genre Pop perlahan-lahan mulai di gerus oleh
Genre Melayu. Di awali oleh melejitnya Kangen Band, ST 12, Wali, dan diikuti
oleh para pendatang baru yang dengan mudahnya masuk dalam indrustri musik hanya
ber-embel-embelkan Single. Sejenak kita teringat pada kata-kata Duta So7, bahwa
band tidak benar-benar bisa dikatakan sebagai band kalau belum punya album.
Bagi
saya, era ini adalah era peralihan. Peralihan dari mana kemana, saya belum bisa
menyimpulkannya. Terlalu dini. Yang pasti, potret dunia musik Indonesia benar-benar
telah berubah.
2010-sekarang
Ingat,
jenius musik kita tidak mati. Anggap saja Kualitas Permusikan Indonesia
sedang mati suri.
Ini
adalah masa-masa yang menurut saya paling butthurt sepanjang sejarah.
Mainstream itu seolah-olah adalah hymne wajib di negeri kita tercinta ini. Seakan
kehilangan jati diri, berbondong-bondong menyukai hal yang seragam, dan tak
jarang selera pun tergadaikan.
Era
ini melayu masih meraja, hanya saja harus bersaing ketat dengan para Grup-grup vokal dancing yang menagtas namakan Girlband dan Boyband
yang kian meramaikan pasar musik kita.
Pola
mainstream pun makin menjadi.
Lalu
dimana kah aplikasi Bhinneka Tunggal ika, jika harus serupa untuk bisa jadi
satu? Di mana semangat pola kemajemukan jika banyak hal-hal butthurt seperti
ini.
Saya
pikir inilah masa-masa keruntuhan kita. Musisi hebat nampak lebih memilih jalan
independent dan banyak dari mereka tenggelam karena tidak mampu memenuhi selera
pasar yang monoton. Eits, ada yang kelupaan, bahkan band-band yang dulu sempat
nge-top pun tak jarang mengubah haluan bermusik mereka. Butthurt? PASTI!
Lalu,
siapa sebenarnya yang salah disini?
Banyak.
Semua aspek bisa saja di salahkan terkait kejatuhan musik kita.
·
Peran
Label Musik
Tentu saja. Label-label besar—yang
mencari income yang besar juga, akan mengikuti selera pasar. Dalam perjalanannya,
nampak jika musik-musik mainstream lah yang akan di “urus” lebih dulu.
Seperti yang blog ini katakan—dari sumber
terpercaya, bahwa Label musik hanya ingin mendapatkan keuntungan semata, tanpa
mau memeperhatikan kualitas musik tersebut. Asalakan lagu yang mereka pasarkan
bisa menghasilkan duit, dan bisa bersaing itu pun sudah cukup.
Walaupun tidak semua label seperti
itu, banyak juga label yang masih berpegang tegus pada ke-idealisme-an mereka.
·
Peran
Pelaku seni.
Kenapa harus mempermalukan diri
sendiri, dengan menunjukkan kemampuan yang pas-pas-an? Jangan bilang ini hak,
jangan bilang buat mencari duit. Kita harus pikirkan bagaimana wajah permusikan
kita dengan kecerobohan dan keegoisan oknum-oknum tersebut.
Sebutlah, banyak pelaku seni peran—yang
tidak mumpuni—kemudian beralih menjadi penyanyi. Atau penyanyi-penyanyi
karbitan yang hanya bisa lypsync, serta orang-orang yang mengaku anak band tapi
kemampuan main alat musikinya jauh dari kata bagus.
Belum lagi isu tentang plagiatisme,
yang menambah daftar kecacatan dunia musik kita.
Kita punya banyak bakat-bakat yang
luar biasa—bahkan di akui dunia. Tapi tak sedikit dari mereka yang tenggelam
dan tak bersuara.
Tak peduli si jenius itu datang dari
genre apapun. Karena musik yang bagus
itu tergantung dari siapa yang mengolah, dan bagaimana ia mengolahnya. Bukan dari
apa yang ia olah.
·
Para
penikmat Musik
Semua kembali ke asal. Semua yang di
lakukan para label dan musisi itu tergantung pada para penikmatnya. Yang lagi
Mainstream, ya itu yang bakal mereka suguhkan.
Loh, itu kan hak-hak kita? Selera kita...
Iya, saya tau banget dah. Itu hak
kalian suka musik apa. Dangdut, melayu, pop, rock, reggae, Hip hop, Punk, atau
Metal, dan lain-lain.
Tapi apa benar yang kalian sukai ini
betul-betul dari dalam hati? Dan bukannya sekedar ikut-ikutan dari teman?
Jangan makan junkfood terus-terusan,
padahal banyak makan-makanan sehat yang selama ini tertumpuk di kulkas.
Bagaimana?
Kemerosotan yang luar biasa kan? Dimana pada era 90’an lebih banyak komentar
positifnya, sebaliknya di era-era sekarang malah banyak komentar butthurt-nya.
Buat anak Indonesia yang yang
suka mencerca musik Indonesia, malu sebagai generasi negeri ini, dan bahkan ada
yang berkeinginan untuk pindah kewarganegaraan, baca ini baik-baik ; Jangan hanya selalu menDEWAkan apa-apa yang
berbau luar negeri, dan malah mencaci-maki musisi dalam negeri. Ingat
mulutmu, adalah harimaumu. Jika tidak bisa berkata-kata dengan bijak, maka Diam
adalah Emas sangat bagus untukmu. Sebaliknya, apa yang bisa kita berikan buat
negeri kita ini? Berikan sesuatu, bukan terus-terusan menuntut sesuatu.
Ingat, Para jenius-jenius itu
masih hidup, masih berjalan, hanya saja mata kita selalu terpancang ke depan.
Tangoklah kanan-kirimu, maka akan kau lihat musik kita perlahan akan dikenal
dunia.
Ingat
dengan perkataan Hyde Laruku, bahwa Indonesia adalah Rival yang pantas untuk
permusikan jepang. Dan kata personel Good Charlotte bahwa Musik Indonesia
itu bagus. Satu lagi, saya sangat bangga dengan
perkataan seseorang yang bilang bahwa, “Tunggu
saja adanya Indonesian Wave!!!” Semangat yang luar biasa.
Jangan menunggu mereka untuk
setenar Agnes Monica di Hollywood, baru kita mau memuji mereka.
Disini
saya sama sekali tak bermaksud membandingkan—hanya saja seharusnya kita bisa
berkaca dengan apa yang membuat mereka bisa hebat di jamannya—bahkan sampai
sekarang masih di kenang. Walau bagaimanapun, segala sesuatu itu ada masanya.
Banyak yang bilang bahwa karya Jenius itu hanya lahir 10 tahun sekali, dan
saya, ingin melihat orang-orang jenius itu lahir tiap dekadenya. Tentunya
dengan berbagai sorot kamera yang melihat aksi mereka.
Salam kreatif!
Anak Indonesia pantang plagiarize!!
Reference
:
Hiburan.kompasiana.com
Genreartion.com
Forum.detik.com
Wikipedia.com
5 komentar:
Huhuhu... Saat jaman ane kecil lagu anak2 itu mendidik, kaya lagu satu-satu, 1+1 dll. Tapi sekarang cinta2an, ironis juga liatnya. Huft, bahkan emak ane kadang nanya, "sekarang meissy kemana ya, masih nyanyi ga?" dan ane cuma bisa angkat bahu doang. Huhuhu...
*kumen ga mutu!*
AYO MUSISI INDONESIA BUKTIKAN PERKATAAN HYDE L'ARC~EN~CIEL DAN VOCALIST GOOD CHARLOTTE ITU BENAR! \(>o<)/
Iyaaaa.. Mari kita buktikan, musik dan musisi kita yang kuerenz o,,o)//
nah saya enjoy banget tuh waktu 90 an, jaman nya baru tau musik .. waktu TK inget banget lagu nya base jam itu yg pertama kali di apal .. haha tapi sekarang lupa, terus pas jaman 2000an udah sering banget nonton MTV, mulai kenal sama western deh, terus permen karet Yosan, pernah ketelen tuh pas makan sambil main tak umpet /ga penting/
intinya saya tetep dukung musisi indonesia, walau jujur saya KPOPERS.. hmm aktif si iya tapi cuma di BB atau GB yg saya suka doang, ini bukan ikut2an awal nya dari ost drama, waktu jaman SD mamah suka bawa DVD korean drama :)
nah itu jelas dari hati suka nya.
btw waktu SMA ada temen lawas bngdt deh, sampe tau lagu dewi yul, saya tanya "kyk kenal tuh lagu" eh kata dia "hahha mak gw suka play lagu ini, lo tau siapa penyanyi nya?
"engga" eh pas dia bilang dewi yul saya cuma bilang "ohh" -_-
pokonya maju terus deh buat musisi indonesia yang ga orbitan dan plagiat :)
Ketauan banget tuanya anak 90 an xD
yosh, :D//
Diam itu emas aku sukaaaa :-D:-D
oh ya jaman aku kecilmah muternya ga pernah absen cinta rosul,bimbo,,ada juga sih betaria sonata,nike....tapi paling demen ya sulis ma bimbo hehe masi apal ampe sekarang lagunya....
trus juga aku dulu hobi bgt ngumpulin bungkus kertas permen karet yosan, dari y ampe a,tapi tu huruf N bener2 susah di cari kkk~
Posting Komentar