CONCRETE VOODOO -2-
Written By : Benedict J. Jones
Originally Translated By : Rain
Please take out with
proper/credit
Hari
berikutnya hujan turun kelewat deras. Aku hanya duduk di dalam Flat, merasa
lelah untuk menerka-nerka, tapi benakku tidak demikian. Aku terus
memikirkan kematian. Untuk sejenak aku baru bisa memikirkanmu, Laurie, kemudian
setelah tahun-tahun berlalu, untuk pertama kalinya aku memikirkan hutan ; pemuda-pemuda yang mati oleh granat buatan, onggokan kepala yang putus di dalam
sak menunggu untuk di identifikasi, dan perjalanan seminggu penuh melalui
tempat yang asing.
Tiap
malam saat aku membuka jendela, aku melihat lebih banyak sampah yang menumpuk
di bawah lampu jalan. Aku coba untuk menunggu dan mengamati
siapakah orang yang berani membuang sampah di sana, tapi aku tak melihat
siapapun. Namun tiap kali aku kembali dari toilet, terlihat lebih banyak lagi
tumpukan sampah disana.
Hujan
telah berganti jadi gerimis, aku bermaksud pergi ke toko. Aku tak ingin melewati
nisan-nisan itu, jadi aku mengambil jalan memutar dan mampir ke toko Ahmed, aku
bukan tipe orang yang suka berbelanja—tak seperti kau, sayang.
Malam
berikutnya sama saja dengan malam-malam yang lain ; sup dan dadar gulung untuk
makan malam, sebotol bir, sebuah usaha untuk ber-hipotesa, dan film di tengah
malam. Ketika aku beranjak menuju kamar tidur, aku sempatkan untuk melihat ke
luar jendela, dan aku melihat tumpukan-tumpukan sampah yang kemarin telah
berpindah tempat. Sekarang sampah-sampah itu bergelimpangan di trotoar, dan
sebagian masuk ke selokan. Sampah-sampah yang tumpah dari robekan kantong itu
berserakan jauh dari sorotan bola lampu, dan berhamburan serupa bayangan ke
arahku. Bayangan-bayangan di jalan nampak menonjol dan bergoyang tiap aku
melihatnya. Seolah-olah sampah-sampah itu bergerak dengan sendirinya ke perumahan
di depanku. Aku terjaga semalam suntuk di ranjang kita, malam itu.
Setelah
malam itu aku tahu, tahu jika ada sesuatu yang salah, jika sesuatu telah
terjadi tiap aku melihat ke luar jendela. Sampah-sampah itu semakin dekat
dengan Flat kita, seperti pemabuk yang pulang dengan sendirinya. Aku mulai
minum-mium lagi, bahkan lebih banyak dari biasanya, dan botol-botol bir ini
memberiku kekuatan entah darimana. Pikiranku mulai menjelajahi tempat gelap
ini. Aku bisa mengingat wajah-wajah dari kepala yang kita bawa untuk di
identifikasi, dan aku ingat suara-suara yang mereka timbulkan ketika ku
jatuhkan tas-ku di depan Mayor. Aku memikirkanmu, Laurie, dan bagaimana
manisnya jika aku bisa di dekatmu lagi. Tapi aku hanyalah seorang pengecut,
selalu seperti itu. Bahkan ketika di Malaya aku selalu merasa ketakutan. Memang
benar aku tak pernah melewatkan kewajibanku, tapi tetap saja aku merasa
gemetar, hampir segemetar saat ini.
Aku
harus keluar. Tak banyak barang kita yang tersisa, jadi aku mengambil ponselku
dan mulai menelpon teman-teman atau kenalan yang bisa ku pikirkan saat itu.
Saat aku menelpon mereka, rupanya banyak dari mereka yang telah meninggal,
membuatku menangis. Tapi Barry masih hidup. Aku yakin kau ingat dengan Barry,
Laurie, dia sangat gemuk, sampai kupikir diabetes akan merenggut nyawanya, jauh
sebelum kanker merenggut nyawamu. Tapi dia masih sehat, jadi aku pergi untuk
menemuinya. Kami minum-minum dan bercerita tentang masa lalu. Di Malaya Barry
lebih kurus, ingatanku tentang hari-hari itu nampak serupa adegan Film yang
berputar-putar di kepalaku. Kami minum tak ubahnya 40 tahun yang lalu, seperti
biasa, tak sengaja memuncratkan bir itu ke sofa.
Ketika
aku dalam perjalanan menuju perumahan, aku masuk ke lift, bersiul tentang lagu
yang hampir terlupakan dari masa lalu. Aku tergopoh-gopoh keluar dari lift
menuju lorong. Lampu berkedip-kedip dan bergetar seperti burung yang
terperangkap saat aku berjalan menuju Flat-ku. Di bawah cahaya temaram aku
melihat sampah-sampah itu nampak berhamburan di sepanjang pelataran, aku hanya
menganggap jika itu adalah perbuatan tetangga yang sembrono.
Ketika
aku mengambil kunci pintu Flat, aku mendengar sesuatu dari belakangku, aku
membeku saking ngerinya. Aku menengok ke belakang dan melihat sampah-sampah itu
bergerak mendekatiku sekarang. Dengan tergesa-gesa aku memasukkan kunci ke
lubangnya, tapi tanganku kelewat bergetar hingga tanganku hanya mengenai sisi
lubang pintu. Aku mendengar bisikan-bisikan, dan perlahan berubah menjadi
siulan yang makin lama-makin keras. Setelah aku terus-terusan berusaha untuk
memasukkan kunci tersebut, akhirnya pintu itu pun terbuka. Aku berteriak
kesetanan hanya agar suara-suara jahat yang datang dari bayangan-bayangan itu
tak ku dengar. Aku segera masuk ke dalam Flat dan mengunci pintunya
rapat-rapat.
Dan
itulah mengapa aku menulis ini untukmu, Laurie. Jika saja aku pria yang
pemberani, mungkin aku akan menghadapi apapun yang ada di luar pintu flat kita,
tapi aku tidak seperti itu. Aku hanya seorang pengecut, yang tak mampu
menghadapi hantu modern itu. Aku gagal untuk menghilangkan ketakutanku, aku
hanya terlalu takut. Aku bisa mendengar bisikan mereka di luar pintu Flat kita,
mereka ingin masuk ke sini.
Yang
mereka inginkan adalah ; uang, popularitas, penghargaan, kenangan, dan aku tak
sanggup, tak mampu. Aku yakin mereka bisa datang semau mereka. Segera aku akan
membuka pintu untuk mereka dan melakukan apapun yang mereka minta—pemujaan,
pengorbanan, penghujahan, karena aku tak bisa memikirkan cara lain selain itu
semua. Laurie, jika pada akhirnya aku bisa bertemu denganmu, tolong maafkan aku karna
tak bisa menjadi cukup berani ; untuk menghadapi makhluk-makhluk jahat yang
kini berada di luar pintu Flat kita.
THE END
"Salam kreatif (^^)//
Anak Indonesia pantang menjadi Plagiarize"
"Salam kreatif (^^)//
Anak Indonesia pantang menjadi Plagiarize"
2 komentar:
Ga mudeng ==' jadi sampah2 itu sebenarnya apa? Lalu apa yg terjadi pada si 'aku' ini? Apakah mati atau sebenarnya sudah mati? O.o terlalu njelimet yg ini mah ^^v
Sampah-sampah itu semacam entitas hasil dari aktivitas paranormal :D *plak
''aku''nya belum mati, di endingnya dia masih nimbang2, mau buka pintu apato,
ada dua kemungkinan, dia bisa jadi budak ''iblis'', atau malah mati di tangan mereka pada akhirnya :D
Posting Komentar