Sabtu, 20 April 2013

[cerita terjemahan] Concrete Voodoo -2-



CONCRETE VOODOO -2-
Written By : Benedict J. Jones
Originally Translated By : Rain
Please take out with proper/credit
Lanjutan part 1 : [cerita terjemahan] Concrete Voodoo -1-


Hari berikutnya hujan turun kelewat deras. Aku hanya duduk di dalam Flat, merasa lelah untuk menerka-nerka, tapi benakku tidak demikian. Aku terus memikirkan kematian. Untuk sejenak aku baru bisa memikirkanmu, Laurie, kemudian setelah tahun-tahun berlalu, untuk pertama kalinya aku memikirkan hutan ; pemuda-pemuda yang mati oleh granat buatan, onggokan kepala yang putus di dalam sak menunggu untuk di identifikasi, dan perjalanan seminggu penuh melalui tempat yang asing.
Tiap malam saat aku membuka jendela, aku melihat lebih banyak sampah yang menumpuk di bawah lampu jalan. Aku coba untuk menunggu dan mengamati siapakah orang yang berani membuang sampah di sana, tapi aku tak melihat siapapun. Namun tiap kali aku kembali dari toilet, terlihat lebih banyak lagi tumpukan sampah disana.
Hujan telah berganti jadi gerimis, aku bermaksud pergi ke toko. Aku tak ingin melewati nisan-nisan itu, jadi aku mengambil jalan memutar dan mampir ke toko Ahmed, aku bukan tipe orang yang suka berbelanja—tak seperti kau, sayang.
Malam berikutnya sama saja dengan malam-malam yang lain ; sup dan dadar gulung untuk makan malam, sebotol bir, sebuah usaha untuk ber-hipotesa, dan film di tengah malam. Ketika aku beranjak menuju kamar tidur, aku sempatkan untuk melihat ke luar jendela, dan aku melihat tumpukan-tumpukan sampah yang kemarin telah berpindah tempat. Sekarang sampah-sampah itu bergelimpangan di trotoar, dan sebagian masuk ke selokan. Sampah-sampah yang tumpah dari robekan kantong itu berserakan jauh dari sorotan bola lampu, dan berhamburan serupa bayangan ke arahku. Bayangan-bayangan di jalan nampak menonjol dan bergoyang tiap aku melihatnya. Seolah-olah sampah-sampah itu bergerak dengan sendirinya ke perumahan di depanku. Aku terjaga semalam suntuk di ranjang kita, malam itu.
Setelah malam itu aku tahu, tahu jika ada sesuatu yang salah, jika sesuatu telah terjadi tiap aku melihat ke luar jendela. Sampah-sampah itu semakin dekat dengan Flat kita, seperti pemabuk yang pulang dengan sendirinya. Aku mulai minum-mium lagi, bahkan lebih banyak dari biasanya, dan botol-botol bir ini memberiku kekuatan entah darimana. Pikiranku mulai menjelajahi tempat gelap ini. Aku bisa mengingat wajah-wajah dari kepala yang kita bawa untuk di identifikasi, dan aku ingat suara-suara yang mereka timbulkan ketika ku jatuhkan tas-ku di depan Mayor. Aku memikirkanmu, Laurie, dan bagaimana manisnya jika aku bisa di dekatmu lagi. Tapi aku hanyalah seorang pengecut, selalu seperti itu. Bahkan ketika di Malaya aku selalu merasa ketakutan. Memang benar aku tak pernah melewatkan kewajibanku, tapi tetap saja aku merasa gemetar, hampir segemetar saat ini.
Aku harus keluar. Tak banyak barang kita yang tersisa, jadi aku mengambil ponselku dan mulai menelpon teman-teman atau kenalan yang bisa ku pikirkan saat itu. Saat aku menelpon mereka, rupanya banyak dari mereka yang telah meninggal, membuatku menangis. Tapi Barry masih hidup. Aku yakin kau ingat dengan Barry, Laurie, dia sangat gemuk, sampai kupikir diabetes akan merenggut nyawanya, jauh sebelum kanker merenggut nyawamu. Tapi dia masih sehat, jadi aku pergi untuk menemuinya. Kami minum-minum dan bercerita tentang masa lalu. Di Malaya Barry lebih kurus, ingatanku tentang hari-hari itu nampak serupa adegan Film yang berputar-putar di kepalaku. Kami minum tak ubahnya 40 tahun yang lalu, seperti biasa, tak sengaja memuncratkan bir itu ke sofa.
Ketika aku dalam perjalanan menuju perumahan, aku masuk ke lift, bersiul tentang lagu yang hampir terlupakan dari masa lalu. Aku tergopoh-gopoh keluar dari lift menuju lorong. Lampu berkedip-kedip dan bergetar seperti burung yang terperangkap saat aku berjalan menuju Flat-ku. Di bawah cahaya temaram aku melihat sampah-sampah itu nampak berhamburan di sepanjang pelataran, aku hanya menganggap jika itu adalah perbuatan tetangga yang sembrono.
Ketika aku mengambil kunci pintu Flat, aku mendengar sesuatu dari belakangku, aku membeku saking ngerinya. Aku menengok ke belakang dan melihat sampah-sampah itu bergerak mendekatiku sekarang. Dengan tergesa-gesa aku memasukkan kunci ke lubangnya, tapi tanganku kelewat bergetar hingga tanganku hanya mengenai sisi lubang pintu. Aku mendengar bisikan-bisikan, dan perlahan berubah menjadi siulan yang makin lama-makin keras. Setelah aku terus-terusan berusaha untuk memasukkan kunci tersebut, akhirnya pintu itu pun terbuka. Aku berteriak kesetanan hanya agar suara-suara jahat yang datang dari bayangan-bayangan itu tak ku dengar. Aku segera masuk ke dalam Flat dan mengunci pintunya rapat-rapat.
Dan itulah mengapa aku menulis ini untukmu, Laurie. Jika saja aku pria yang pemberani, mungkin aku akan menghadapi apapun yang ada di luar pintu flat kita, tapi aku tidak seperti itu. Aku hanya seorang pengecut, yang tak mampu menghadapi hantu modern itu. Aku gagal untuk menghilangkan ketakutanku, aku hanya terlalu takut. Aku bisa mendengar bisikan mereka di luar pintu Flat kita, mereka ingin masuk ke sini.
Yang mereka inginkan adalah ; uang, popularitas, penghargaan, kenangan, dan aku tak sanggup, tak mampu. Aku yakin mereka bisa datang semau mereka. Segera aku akan membuka pintu untuk mereka dan melakukan apapun yang mereka minta—pemujaan, pengorbanan, penghujahan, karena aku tak bisa memikirkan cara lain selain itu semua. Laurie, jika pada akhirnya aku bisa bertemu denganmu, tolong maafkan aku karna tak bisa menjadi cukup berani ; untuk menghadapi makhluk-makhluk jahat yang kini berada di luar pintu Flat kita.

THE END

"Salam kreatif (^^)//
Anak Indonesia pantang menjadi Plagiarize" 

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Ga mudeng ==' jadi sampah2 itu sebenarnya apa? Lalu apa yg terjadi pada si 'aku' ini? Apakah mati atau sebenarnya sudah mati? O.o terlalu njelimet yg ini mah ^^v

Unknown mengatakan...

Sampah-sampah itu semacam entitas hasil dari aktivitas paranormal :D *plak
''aku''nya belum mati, di endingnya dia masih nimbang2, mau buka pintu apato,
ada dua kemungkinan, dia bisa jadi budak ''iblis'', atau malah mati di tangan mereka pada akhirnya :D