Rabu, 07 Oktober 2015

Imaginary Friends Part I



IMAGINARY FRIENDS part 1
Teman Khayalan (Kumpulan Kisah Nyata)
Source : scaryforkids

Translated by : Rainila

 
1.      Jenny
Saat aku berumur 4 tahun, ibu dan aku pindah ke rumah besar peninggalan jaman kolonial yang dibangun akhir 1800an. Ibukus selalu punya perasaan aneh soal rumah itu. Ada bagian dinding yang ditutup bata di basement dan kami tak tau apa itu.
Ibuku bilang bahwa segera setelah kami pindah, aku punya teman khayalan. Suatu hari, tiba-tiba aku berkata pada ibuku kalau aku bermain dengan seorang gadis kecil bernama Jenny. Ibu kira hal itu akan hilang nanti jadi dia tak terlalu memikirkannya. Aku bilang padanya bahwa Jenny ingin aku membiarkan kucingku turun ke basement jadi Jenny bisa bermain dengannya. Ibuku setuju, tapi kucingku tak pernah kembali dan hal itu membuat Ibu takut.
Lalu, beberapa hari kemudian, aku bilang pada Ibu kalau Jenny ingin aku pergi ke basement untuk bermain dengannya. Ibu tidak setuju dan menyuruhku ke atas untuk tidur. Aku melakukannya dan bangun keesokan harinya dengan luka gores di punggung dan kakiku.
Ibu memutuskan untuk menyelidiki masa lalu rumah itu. Dia menemukan foto tua rumah itu dan keluarga yang pernah tinggal disana. Dia menunjukkan foto itu padaku dan bertanya apa aku mengenali salah satu diantara mereka. Ada 7 gadis kecil di foto itu dan, tanpa ragu, ku tunjuk salah satu diantaranya. Nama-nama anggota keluarga tertulis dibagian belakang foto. Gadis kecil yang kutunjuk bernama jenny.
Ibuku ketakutan, karena selama masa penyelidikan, dia mengetahui bahwa gadis bernama Jenny itu turun ke basement pada suatu hari dan setelah itu tak pernah terlihat lagi. keluarganya tak pernah menemukan Jenny dan mereka pindah segera setelah peristiwa itu.
Setelah aku mengenali salah satu gadis di foto, kami pindah ke tempat lain. Saat aku berumur 18 tahun, ibu bercerita mengenai semua yang terjadi di rumah itu. Hal itu membuatku takut tiap aku memikirkannya.

2.      Don’t Tell Anyone My Name (Jangan Beritahu Siapapun Namaku)
Keponakanku punya teman khayalan, tapi katanya, dia tak boleh memberitahu siapapun soal nama temannya. Katanya, bahwa semua orang akan ketakutan jika tahu namanya. Kami selalu bertanya padanya, tapi dia menolak. Sampai suatu hari, ibunya dan aku sedang ada di lorong dan dia tak menyadarinya. Dia sedang berbicara dengan teman khayalannya dan menyebut namanya. Sampai hari ini, tiap aku mengingat peristiwa itu, aku masih merasa ngeri. Nama teman khayalannya adalah Lucifer.

3.      Funny Faces (Wajah Lucu)
Aku sedang menginap di rumah tanteku saat aku melihat sepupuku yang berumur 4 tahun, April, duduk di tangga. Dia sedang membuat wajah lucu. Aku bertanya apa yang sedang dia lakukan dan dia berkata, “Aku meniru wanita yang berkepang itu.”
Tidak ada orang lain disini.
Jadi aku bertanya, “Dimana wanita itu, April?”
dia menunjuk tiang sampai ke anak tanggal.
“Apa yang sedang dia lakukan?” Tanyaku.
“Membuat wajah lucu,” Balas April.
Aku hendak pergi ke lantai atas saat April mengatakan sesuatu yang membuatku berhenti seketika.
“Kepangnya melingkar di lehernya.”
Aku bertanya, apa yang dia maksud.
April menunjuk dan berkata, “Wanita itu bergelantung dengan kepangnya. Dia membuat wajah lucu padaku.” Lalu April segera membuat wajah lucu. Matanya melebar dan melotot, mulutnya menganga dan lidahnya keluar. Aku menyadari bahwa itu wajah seseorang yang menderita saat menemui ajalnya.

4.      Matt
Saat aku beranjak besar, di lingkunganku ada seorang gadis yang sangat aneh. Dia membuat semua anak ketakutan. Suatu hari, dia memberitahu semua anak bawha di hutan—dibelakang rumahnya—ada “orang-orang mati.”
Ketika mereka mendengarnya, semua anak ketakutan dan mengadu pada orangtua mereka. Ayah mereka sampai harus pergi ke hutan karenanya. Yang mereka temukan hanyalah bungkus permen dan botol bir kosong. Setelah itu, semua anak dilingkunganku tak mau dekat-dekat dengan gadis itu, termasuk aku.
Beberapa tahun kemudian, orangtuaku berpisah. Suatu hari saat ibu kembali untuk mengepak barang-barangnya, gadis itu tiba-tiba muncul dan bilang bahwa “Matt” tak suka kalau orangtuaku berpisah. Aku tak tau siapa “Matt” itu.
Walau aku tak mau berteman dengannya, ayahku masih berteman dengan orangtuanya. Ayah bilang bahwa “Matt” adalah teman khayalan gadis itu. Orangtua gadis itu sudah bilang pada Ayahku semua masalah mereka. “Matt” seringkali terlalu nyata. Mereka bilang bahwa “Matt” bisa mengontrol lampu dan bahkan bisa mematikan listrik. Kata mereka “Matt” juga mengetuk-ketuk pintu saat malam. Jika diabaikan, dia akan mulai mneggedor-gedor pintu.
Beberapa tahun kemudian, Ayah memutuskan untuk mengundang gadis itu dan orangtuanya ke rumah. Aku memohon agar Ayah mengurungkan niatnya, tapi dia bilang bahwa akan menyenangkan untuk berkumpul dengan mereka. Saat mereka datang malam itu, Ayah menyuruhku untuk menghibur gadis itu. aku mengajaknya ke kamar dan dia nampak normal. Dia bahkan bilang kalau kamarku bagus. Bagaimanapun juga, aku masih takut padanya.
Dia sedang duduk di lantai sementara aku mencoba menyalakan DVD. Tiba-tiba, dengan suara yang amat rendah dia berkata, “Matt disini.”
Pada saat itu juga, lampu mulai berkedip-kedip. Aku ketakutan, aku lari keluar kamar, menangis sejadi-jadinya. Orangtuanya lari ke lantai atas, menyeret gadis itu dari kamarku dan mengajaknya pulang. Selama beberapa minggu kemudian, aku menolak tidur di kamarku.
Sejak saat itu aku tak banyak mendengar hal-hal dari keluarga itu. kudengar “Matt” masih mengontrol lampu tapi aku tak tau jika dia masih disekitar sini. Sampai hari ini, tiap lampu berkedip-kedip atau bohlam meledak, hal itu membuatku ngeri.

5.      Dead Boy (Bocah yang Mati)
Kekasihku adalah seorang detektiv pembunuhan dan dua tahun yang lalu, dia sedang menyelidiki pembunuhan seorang bocah lelaki. Mereka masih belum menemukan jasadnya. Ibu dari bocah itu jadi gila dan mengakui bahwa dialah pembunuhnya, sementara jasad anaknya ada dibawah trailer-nya. Saat polisi mencari trailer itu, mereka menemukan bahwa trailer itu sudah ditinggali sebuah keluarga baru. Mereka bercerita bahwa anak laki-lakinya punya teman khayalan yang tinggal dibawah trailer dan akan datang untuk bertemu dengannya. Polisi kemudian menemukan jasad bocah yang mati tepat dibawah kamarnya.

6.      Kelly
Saat anak perempuanku berumur 3 tahun, dia punya teman khayalan bernama Kelly yang tinggal di lemarinya. Katanya, Kelly bermain dengannya dan duduk di kursi ayunan kecilnya saat dia tidur. Dua tahun kemudian, kami sedang melihat film horror dan anakku berkata, “Dia seperti Kelly.”
“Kelly siapa?” Tanyaku.
“Kau tau, Kelly.” Jawabnya, “Gadis yang mati yang tinggal di lemariku.”

7.      The Little Girl in the Lake (Gadis Kecil di Danau)
Saat aku masih kecil, kami sering berkemah di danau Dering, New Hampsire. Suatu hari, saat aku berumur 6 tahun, aku jatuh dari dermaga dan tercebur ke air. Aku tak bisa berenang. Sementara aku ada didalam air, samar-samar aku melihat seorang gadis kecil dibawah sana yang menyuruhku untuk mendongak ke arah matahari dan terus menendang, maka aku akan baik-baik saja. Aku berenang ke permukaan tepat saat kakekku datang dan menarik tubuhku ke dermaga. Aku baru tahu kemudian bahwa gadis kecil itu tenggelam di danau ini, nyaris tepat dititik ini.

8.      Serena
Aku meminta keponakanku untuk menggambar teman khayalannya, “Serena”.  Keponakanku berumur 4 tahun dan saat dia menginap, dia dan Serena bermain-main di ruang ramu. Dia bilang Serena suka rumahku. Aku tak suka membayangkan bagaimana jika Serena tak suka rumahku...

9.      Jessica
Saat aku masih bayi, kakak perempuanku—Julia—punya teman khayalan bernama Jessica. Dia bilang saat Jessica marah, matanya berubah jadi hijau dan suaranya jadi sangat dalam. Dia jadi teman Julia selama beberapa waktu, namun kemudian keadaan jadi makin aneh. Setelahnya, orangtuaku yakin bahwa rumahku berhantu.
Suatu malam, ibu menidurkanku dan aku mulai menangis, menunjuk pojok kamar. Ibu mencoba menenangkanku, tapi aku terus menangis dan menunjuk di tempat yang sama. Tiba-tiba, kakakku masuk ke kamar, menunjuk ke pojokan dan berteriak, “Jessica! Hentikan!” aku berhenti menangis dan Julia berkata, “Kadang Jessica suka memakai topeng yang menakutkan dan menakuti orang-orang”. Ibu nampak agak ngeri dan berkata, “Katakan pada Jessica kalau dia tak bisa bermain dengan baik, maka dia tak bisa bermain disini lagi.”
Segera, kakakku Julia tumbuh besar dan berhenti menyebut teman khayalannya lagi. beberapa tahun kemudian, adikku—Abbey---mulai bisa bicara. Dia bilang pada Ibu kalau dia punya teman yang tak bisa dilihat orang lain. Katanya, mata teman khayalannya berubah hijau saat marah. Ibu bertanya siapa nama teman khayalannya dan dia menjawab, “Jessica...”

10.  Scotty
Kembali saat aku masih SD, nama teman baikku adalah Ryan. Umur kami sekitar 6 atau 7 tahun. Suatu hari, ada murid baru di kelas. Namanya Andrew dan dia baru pindah dari luar kota. Dia aneh dan sering duduk sendiri; diam-diam bicara pada dirinya sendiri. Anehnya, dia selalu nampak marah selama berbicara sendiri.
Ryan dan aku memutuskan untuk berteman dengannya dan dia mengundang kami untuk menginap di rumahnya. Seharian tak ada insiden apapun dan hari itu sangat menyenangkan. Andrew nampak berbeda di rumah. Dia jadi lebih santai, lebih nyaman dan lebih normal. Malam itu, kami pergi tidur di kamarnya yang terletak di basement. Aku ingat saat itu aku berbaring di lantai. Temanku Ryan tertidur di dekatku dan Andrew di seberang ruangan, di sofa. Saat itu keadaan gelap dan aku hanya bisa melihat samar-samar.
Tiba-tiba, Andrew mulai membuat suara-suara aneh dan ngeri bernada tinggi. Seperti suara ketel uap. Lalu dia berdiri, masih mengeluarkan suara berisik benada tinggi dan aku melihatnya menghampiriku. Aku menendang Ryan agar dia bangun dan kami berdua sangat ketakutan. Andrew tetap berjalan sampai dia berada di depan kami. Lalu, dia berlutut dan berhenti mengeluarkan suara itu. Ryan dan aku melihat satu sama lain, tak yakin apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba, Andrew meraih lengan kami dan mulai meremas seolah-olah mencoba menghancurkannya. Dengan suara rendah dan mengganggu, dia menggeram, “Scotty ingin kalian pergi!”
Aku melepaskan diri dari cengkeramannya, begitu juga Ryan. Andrew bediri lagi dan melihat ke arah kami, mengeluarkan tawa jahat bernada tinggi. Kami berdua berdiri dan aku menyarankan pergi ke kamar Ibu Andrew untuk membangunkannya. Sebelum kami melangkah, Andrew menjerit sejadi-jadinya. Ibunya berlari ke lantai bawah dan menyalakan semua lampu.
Kami melihat luka gores di sepanjang lengan Andrew dan wajahnya sangat pucat. Ibunya memeletakkan Andrew di lantai dan memeluknya erat. Dia mencoba berbicara diantara teriakan-teriakan anaknya, “Andy! Andy! Tak apa-apa! Scotty tidak nyata, Andy!” Dia berpaling ke arah kami dan menyuruh kami ke lantai atas dan mengenakan jaket kami. Dia bermaksud mengantar kami pulang.
Selama dua minggu setelah peritiwa itu, kami tidak bicara pada Andrew di sekolah. Kemudian, kami bertanya padanya soal peristiwa itu dan dia berkata, “Sekarang tak apa-apa. Kau tak akan melihat Scotty lagi. Tak seorangpun...”
Setelah itu kami tak pernah bicara padanya lagi. dia berakhir dikeluarkan dari sekolah  karena menyerang seorang anak dengan babang pohon saat istirahat.

11.  George
Kami sedang menonton film horror saat keponakan laki-lakiku mndongak dan berkata, “Apa yang George lakukan di TV?”
Aku bertanya apa maksud perkataannya dan dia berkata, “Bocah di TV itu seperti George.”
Aku bertanya siapa George dan dia menjawab, “Dia tinggal di atas ranjangku tiap malam saat lampu mati dan bicara padaku tapi aku tak bsia mendengarnya.”
Aku memintanya untuk menggambar wujudnya. Dia menggambar seorang bocah laki-laki dengan lubang di kedua matanya dan tanpa gigi, dan lehernya mengeluarkan darah. “Itu George!” Katanya.

12.  Tuna
Adik laki-lakiku punya teman khayalan bernama Tuna. Dia bilang ukurannya sebesar sarung tangan. Saat dia mulai berhenti menyebut teman khayalannya, kami bertanya apa yang terjadi padanya. Adikku  bilang dia memakannya.

13.  The Evil
Putriku punya beberapa teman khayalan selama dua tahun namanya Dodo, Ghana & The Evil. Mereka tiba-tiba muncul saat putriku berumur 3 tahun. Awalnya hanya Dodo dan Ghana, beberapa bulan kemudian dia datang padaku dengan wajah menakutkan, dan berkata, “The Evil hari ini datang berkunjung.” dan berlalu begitu saja. Ternyata The Evil adalah teman yang baik... dia hanya punya nama yang tak bagus.

Tidak ada komentar: